MAKNA HARI TUMPEK LANDEP
MAKNA HARI TUMPEK LANDEP
Hari raya Tumpek Landep
sendiri merupakan rentetan setelah hari raya saraswati, dimana pada hari ini
umat hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati.
Perbedaan hari raya Saraswati dengan hari raya Tumpek Landep adalah dimana pada
saat hari raya Saraswati umat hindu melakukan puji syukur atas turunnya ilmu
pengetahuan dimana diimplementasikan dengan mengupacari berbagai sumber-sumber
ilmu pengetahuan, seperti buku, lontar, prasasti dan berbagai sumber-sumber
sastra dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan pada hari raya Tumpek Landep
lebih mengucapkan puji syukur kepada Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah
menganugrahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia yang mana dari
pikiran-pikiran tersebut melahirkan daya cipta rasa dan karsa manusia
dalam menciptakan sesuatu (output) yang dapat mempermudah kehidupannya untuk
mencapai kebahagiaan.
Hari raya tumpek landep jatuh
setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan
kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek
sendiri berasal dari “Metu” yang arinya bertemu,
dan “Mpek” yang artinya akhir,
jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana
Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari
Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini
diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.
Dalam perkembangan zaman dan
teknologi, perayaan hari raya Tumpek Landep tidak hanya mengupacarai
benda-benda sakral/pusaka seperti keris dan peralatan persenjataan, melainkan
juga benda-benda lain yang memiliki manfaat positif yang memberikan kemudahan
dalam segala aktivitas dan kehidupan manusia. Adapun benda-benda tambahan yang
juga sering kita lihat diupacarai para hari tumpek landep ini antara lain :
motor, mobil, sepeda, computer, laptop, mesin pabrik, dan benda-benda lainnya.
Bagi umat hindu di Bali,
senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena pikiranlah
yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk dimulai
dari pikiran, maka dari itu dalam perayaan hari Tumpek Landep ini kita
diharapkan agar senantiasa menajamkan pikiran lewat kecerdasan dan
mengendalikan pikiran lewat norma-norma agama dan budaya.
Begitu tingginya filosofi
orang-orang Bali yang sangat memaknai segala sesuatu yang ada di dalam
kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi
orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya budaya-budaya nusantara
seperti inilah yang sepatutnya kita lestarikan sebagai bentuk warisan para
leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter bangsa di tanah Nusantara. Semoga
segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Source: Pinandita Adi W.
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home